Lagi-lagi, ini materi yang baru aja tayang di grup metisazia. Bahkan baru selesai materinya😂
***
Kalian udah tahu, belum, apa itu diksi?
Yups, diksi adalah pilihan kata.
Lalu, apa kalian pernah terjebak dalam situasi terpojokkan oleh pembaca karena diksi kalian sendiri?
Pernah merasa diksi kalian terlalu berbelit? *me af😂*
Atau malah diksi kalian terlalu sederhana dan receh?
Nah, Lanna mau kasih kalian tips supaya diksi kalian keren, tapi juga tidak menyesatkan. Yoks, langsung wae😄
1. Pakai bahasa 'sastra' boleh, asal dikasih intinya di awal.
Buat kalian yang merasa bahasanya terlalu berbelit-belit sampai bikin pembaca geleng-geleng kepala, kalian nggak musti MENGHILANGKAN kebiasaan menulis itu. Kalian cuma harus MENGURANGI, terus kasih inti paragrafnya di awal.
Kenapa di awal?
Karena ... pembaca BIASANYA semakin ke belakang itu semakin bosan membacanya. Apalagi kalau di awal udah dijejali sama kalimat-kalimat yang 'sastra' banget. Pasti mereka langsung kabur karena udah pusing duluan😂
Contoh:
Lyvonne membeku menatap jasad sang ibu. Dadanya sesak. Napasnya begitu tercekat. Jantungnya berhenti berdetak di satu sisi namun tetap mengalirkan berjuta lara ke seluruh sel dalam tubuhnya.
Bandingkan dengan contoh ini:
Dada Lyvonne sesak hingga tubuhnya mematung kala menatap tak adanya rona kehidupan di wajah sang ibu. Napasnya begitu tercekat. Jantungnya berhenti berdetak di satu sisi namun tetap mengalirkan berjuta lara ke seluruh sel dalam tubuhnya.
Nah, lebih enak mana bacanya?
Buatku, sih, yang pertama😁
2. Kurangi menggunakan kata-kata yang kurang--bahkan tidak--perlu.
Kalian pernah dengar ungkapan hal yang berlebihan itu tidak baik?
Nah, dalam diksi, ungkapan ini sangat berlaku.
Tapi bedain, ya, mana yang useless banget sama yang memang dibutuhkan buat beberapa hal--misalnya buat penegasan.
Contoh:
Tangan Bella menggerakkan sisir untuk menyisir rambutnya. Ia ingin terlihat cantik malam ini untuk kencannya dengan Fauzi.
Nah, sisir gunanya apa? Jelas, dong, buat nyisir? Terus kenapa harus ditambah "untuk menyisir rambutnya" kalau kata-kata itu nyatanya useless dan malah bikin kalimatnya terlalu bertele-tele?
Contoh lain:
Ame itu sebenarnya menyukai Lukman. Tapi dia masih tidak mau menerima Lukman. Hal itu Ame lakukan agar supaya terhindar dari yang namanya 'patah hati'.
Nah, udah ada "agar" kok masih ada "supaya"?
Mubazir😂
3. Penggunaan majas repetisi boleh juga, tapi jangan keterlaluan.
Kalian tipe penulis yang sering ngulang-ngulang kata sebagai alat untuk memperindah karya?
Nah, sebenarnya, hal itu sah-sah saja menurut Lanna, asal BERGUNA. Bahkan, majas yang satu ini juga bisa bikin karya kalian makin kece, loh, kalau kalian bisa menggunakannya secara benar.
Dan, ya, sekali lagi. Jangan lupa taruh inti paragraf di depan.
Contoh:
Lyvonne hanya terus berlari tanpa arah. Ia tak peduli pada si penculik yang hampir mendapatkannya. Ia tak peduli jika nanti ia tak bisa bertemu dengan ayahnya lagi. Ia tak peduli pada gelapnya hutan beringin tersebut. Oh Tuhan, Lyvonne sungguh tak peduli! Seluruh kepeduliannya terenggut pada detik di mana ia menemukan jasad ibunya.
Gimana?
4. Usahakan tidak menggunakan kalimat yang mengandung ambiguitas.
Ups, ini, nih, bagian yang paling sering Lanna lakukan walau tahu itu salah😂
Kata guru bahasa Indonesia Lanna, menerapkan "ambiguitas" dalam kalimat itu kurang bagus. Dan seketika itulah Lanna kejang-kejang, kena serangan jantung (canda ding😂). Karena jujur, Lanna sering banget pakai ambiguitas ini. Dan menurut Lanna, itu nggak ganggu dan nggak sulit dipahami. Padahal kata gurunya ini cukup mengganggu😂
Contoh:
Lukisan Lukman disimpan oleh Ame di kamarnya, sebagai pengantar tidur terampuh versi Ame.
Nah, kalimat itu punya frasa yang ambigu. Frasa itu adalah "lukisan Lukman".
Frasa ini bermakna ganda, loh. Yang pertama "lukisan milik Lukman", yang kedua "lukisan wajah Lukman".
Jadi, udah paham, 'kan, bagian yang disebut "cukup mengganggu" guruku itu yang gimana?
5. Kurangi pemakaian bahasa asing dan bahasa tidak baku yang kurang dibutuhkan.
Gimana perasaan kalian pas baca tulisan yang sok-sok pakai bahasa Inggris padahal grammar-nya berantakan? Pasti bilang dalam hati, "Nih orang sok-sok pakai bahasa Inggris segala, padahal aslinya nggak bisa."
Terus, ya, Lanna pernah ditanya, "Kamu pakainya kok bahasa Indonesia terus kenapa? Yang baku pula."
Ya tentu aja langsung Lanna jawab, "Apa gunanya KBBI Daring V ditambah kosakata segitu banyaknya kalau nggak digunain?"
Nah, kasusnya sama, nih, kayak tips yang satu ini.
Kalian mau sok-sok gaul dengan pakai bahasa asing dan bahasa alay, padahal malah memiliki efek samping bikin cerita kalian jadi aneh? Duh, saran Lanna, segera berhenti aja, ya.
Kecuali kalau tokoh kalian alay minta ampun atau sok-sok pakai bahasa Inggris terus. Dan, ya, kecuali juga kalian yakin pembaca nggak akan eneg😂
6. Kurangi penggunaan istilah-istilah yang masih kurang familier dalam KBBI.
Nah, biarpun pakai bahasa baku, bukan berarti kalian bisa bikin pembaca bolak-balik buka kamus gara-gara nggak paham sama kosakata kalian.
Tapi kalau sesekali, sih, Lanna kira masih bisa ditolerir, ya.
Contoh:
Maul bagaikan panasea pribadi milik Eva.
Itu masih bisa ditolerir, Guys. Bahkan bisa bikin pembaca makin kaya kosakata dengan cara yang dia sukai pula. Tapi kalau terlalu sering? Fix, pasti pembaca malah merasa jenuh. Dia merasa baca kamus, bukan cerita😂
7. Kurangi pemakaian diksi yang terlalu tinggi.
Duh, ini sindiran telak buat Lanna😂
Diksi yang mewah boleh, kok. Asal masih dalam tahap wajar. Dan, ya, jangan lupa kasih inti dengan kalimat yang sederhana di awal paragraf.
Contoh:
Bella merasa bahagia karena resmi menjadi pacar Fauzi lagi. Bunga-bunga dalam hatinya bermekaran walau dedaunan oranye masih berguguran. Tubuhnya terasa melayang dalam bahagia yang benar-benar membuncah.
Nah, gimana? Menurutku, walau diksinya cukup berbelit, masih bisa ditolerir karena udah ada intinya di awal paragraf.
8. Kenali benar genre dan tokoh ceritamu untuk menerapkan diksi yang 'pas'.
Lucu, dong, kalau genrenya teen tapi diksinya seberat badan Agung Hercules? Serasa pengin ditimpuk, dong, kalau tokohnya udah tua dan didiskripsikan di narasi kalau dia bijak, tapi diksi yang digunakan di dialog nunjukin kalau dia labil?
Please, deh, ini bikin pembaca mual, muntah, diare, bahkan muntaber.
9. Manfaatkan sebaik mungkin fungsi tanda baca untuk membuat diksi makin kece.
Menurut Lanna pribadi, tanda baca itu perannya SANGAT PENTING dalam cerita. Tanda baca bikin cerita jadi hidup. Bahkan tanpa tanda baca, diksi kita yang bagusnya naudzubillah juga jadi rentetan kata tak berguna (asek😂).
Contoh:
Lyvonne memeriksa tubuh ibunya. Dan sungguh, ia tak menemukan apa pun. Tak ada detak. Tak ada hela napas. Tak ada rona kehidupan. Tak ada denyut nadi. Yang ada hanya sesak. Yang ada hanya hampa. Oh Tuhan, dada Lyvonne terbakar saat itu juga!
Bandingkan dengan contoh ini:
Lyvonne memeriksa tubuh ibunya. Dan sungguh ia tak menemukan apa pun. Tak ada detak, helaan napas, rona kehidupan, dan denyut nadi. Yang ada hanya sesak, yang ada hanya hampa. Oh Tuhan, dada Lyvonne terbakar saat itu juga.
Nah, lebih 'ngena' yang mana? Menurutku, sih, yang pertama.
10. Gunakan diksi yang sederhana tapi 'nampol' di akhir babak atau bab.
Contoh:
Lyvonne tak peduli saat tubuhnya diseret ke mobil. Lyvonne tak peduli saat kepalanya dipukul ribuan kali. Lyvonne tak peduli pada seberapa banyak luka yang dibuat oleh pisau itu. Lyvonne tak peduli pada semua darah yang mengalir dari tubuhnya.
Karena saat itu ... Lyvonne menyerah.
Nah, kalimat yang ku-bold itu cukup 'nampol', nggak? (Udah, say yes aja biar Lanna seneng😂). Padahal sederhana😁
Duh, udahlah, ya, tipsnya. Udah kehabisan ide mau tulis tips apa lagi😂
Oh iya, ini, nih, ada beberapa pertanyaan member Metisazia pas materi tadi.
Ame_jm
Lan, kok gak mudeng yang pas bagian lukisan2 itu yaa;3
Jawaban:
Ambiguitas.
"Lukisan Lukman" di situ kan berarti 2.
"Lukisan punyanya si Lukman" sama. "Lukisan yang isinya wajah si Lukman".
arabellaofc
Lan, artinya pake bahasa sastra tinggi nggak apa-apa asal nggak berlebihan, 'kan?
Jawaban:
Iya.
Sama kasih intinya di awal paragraf biar pembaca nggak eneg duluan.
ElindaAyu05
Btw, yang cntoh ambiguitas, berarti yg mesti ditulis itu gmna?
Jawaban:
Lukisan pemberian Lukman disimpan Ame di kamarnya.
Lukisan yang menggambarkan wajah Lukman disimpan Ame di kamarnya
ununs__
Kalo dialog gimana? Kan rata-rata atau malah semua contohnya Lanna itu narasi. Kasih gue contoh penggunaan diksi di dialog biar nampol dong, Lan.
Jawaban:
Austin berkata pada Lyvonne dengan penuh kesungguhan, "Aku akan selalu menjagamu, Lyve. Tak peduli pada apa pun. Aku akan tetap melindungimu."
Namun saat itu, di tengah embus angin musim gugur, Lyvonne tersenyum miring. "Tapi mengapa aku merasa kaulah yang akan menyakitiku paling dalam?"
Nah, cukup nampol, nggak?
DandyAE
Contoh diksi yg pas dengan karakter sebuah cerita gimana?
Jawaban:
Karakter wanita dewasa.
Contoh yang bikin aku mau muntah:
"Ish, kamu kok gitu, sih? Nggak mau beliin aku es krim, ya? Cuma gara-gara jalanan macet? Kamu jahat," ucapnya sembari terisak.
Yang pas:
"Jalanan memang macet. Tidak usah pergi hanya untuk membelikanku es krim."
SitimiftaNCP
Diksi yang terlalu tinggi kaya gimana?
Jawaban:
Mifta mengitarkan manik hitamnya untuk membelah padang rumput di hadapannya. Ia berdecak melihat rona jingga dari sang mentari yang sangat sesuai untuk menerangi tempat tersebut.
Nah, itu 'ketinggian' karena faktor nggak ada inti paragraf juga. Dan, ya, mataku kayak berkunang-kunang bacanya😂
G_A_L_E_M_I
Lan kalo dalam cerita gua bikin quotes gitu mending pake kata KBBI yang kesannya tinggi apa pakai kata-kata yang mudah dimengerti sedangkan gue main di teen fiction?
Jawaban:
Menurutku lebih baik pakai bahasa yang sederhana aja, kalo genrenya teen-fict. Soalnya, ciri khas teen-fict itu kan bahasa dan konflik yang ringan. Ya, sasarannya aja remaja umur belasan. Kalau dijejali sama konflik dan bahasa yang berat mah namanya bukan teen-fict😁
Nah, gimana? Udah cukup jelas?
Sekali lagi, aku nggak niat menggurui, karena aku cuma murid durhaka😂
Komentar
Posting Komentar